Samsung Fokus di Kamera Mirrorless dengan WiFi

Samsung Mirroless Camera
Samsung Mirroless Camera
Menyambut tren konvergensi perangkat, dalam pasar kamera, Samsung memilih fokus pada pasar kamera mirrorless atau compact system camera (CSC). Samsung memprediksi proporsi pasar kamera dalam tiga tahun mendatang akan bergeser ke kamera jenis mirrorless.

"Tiga tahun lagi segmentasi kamera akan ke mirrorless dengan WiFi. Kamera DSLR proporsinya akan turun," ujar Febri Rusli, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis 27 September 2012.

Nikon 1 V2, Jagoan Baru di Jagat Mirrorless

nikon 1 v2
Nikon 1 V2
Nikon terbukti tak ingin terpaku pada desain orisinal untuk kamera seri 1 terbarunya ini. Bisa ditengok, seri V2 yang baru saja dirilis berikut memiliki bodi yang berbeda.

Kehadiran grip melekuk dan built-in flash di bagian atas bodi berperan dalam perubahan desain seri 1 yang mengusung sistem interchangeanle lens ini. Alhasil, tampilannya lebih terkesan 'serius' seiring dengan spesifikasinya yang ditingkatkan sana-sini.

Ditujukan bagi konsumen yang sudah memiliki DSLR dan menginginkan piranti yang lebih portable, V2 dibekali dengan prosesor Expeed 3A, dan sensor yang sudah ditingkatkan menjadi beresolusi 14,2 MP.

Sensor ini bisa menangkap hingga 15 fps dengan continuous autofocus. EVFnya memiliki 1,4 juta titik dengan cakupan 100%. Hasil foto yang dibidik lantas bisa dipreview di LCD 3 inch yang memiliki resolusi tinggi 921.000 titik.

Leica M9-P Edition Hermes

leica


Leica kerap berkolaborasi dengan pihak lain untuk membuat kamera limited edition dengan desain-desain yang menawan meski diakui, harganya tak bisa dibilang murah.

Olympus M.ZUIKO Digital 45mm f/1.8


mzuiko 45mm

 Olympus M.ZUIKO Digital 45mm f/1.8

Focal length     45 mm
Focal length (equiv. 35mm)     90 mm
Maximum aperture    1:1.8
Minimum aperture     1:22


OLYMPUS E-PL3 PEN


olympus epl3
OLYMPUS E-PL3 PEN

Resolusi   :    12.3 MP
Battery    :    Lithium
LCD       :    3 "



Kalo membicarakan kecanggihan dari kamera buatan Olympus, pasti tidak akan ada habisnya. Merek kamera yang satu ini selalu mengedepankan inovasi dan fitur baru dalam setiap kamera yang mereka buat. Teknologi yang mereka kembangkan juga selalu mendapatkan respon positif dari jutaan penggunanya di seluruh belahan dunia. Kali ini kita akan mengupas tentang salah satu kamera DSLR yang dibangga-banggakan, yaitu Olympus E-PL3. Kamera ini memiliki fitur flip LCD, atau LCD yang dapat dilipat, atau diputar layaknya sebuah LCD handycam.

SONY NEX-7


SONY NEX-7

Resolusi    :    24.3 MP
LCD         :    3 "

 

SONY NEX-5N


 
SONY NEX-5N

Resolusi   :    16.1 MP
Battery     :    Lithium
LCD        :    3 "


Panasonic Lumix DMC GF3


Panasonic Lumix DMC GF3

Resolusi    :    12.1 MP
Battery      :    Lithium
LCD         :    3 "
Memory    :    SD/SDHC



Mengikuti tren kamera berukuran compact dengan lensa yang dapat diganti, Panasonic meluncurkan Lumix DMC-GF3. Bobot dan ukuran kamera ini diklaim sebagai yang terkecil di kelasnya. Kamera dengan bobot 222 gram ini mengusung sistem LUMIX G Micro berbasis standar Micro Four Thirds dan sudah dilengkapi dengan built-in flash. Tubuh kamera ini terbuat dari bahan aluminium yang tetap menonjolkan kesan kokoh dalam desainnya. Walaupun memiliki ukuran yang compact, lekukan tubuh kamera ini menawarkan kenyamanan genggaman bagi penggunanya.

Panasonic Lumix DMC GX1 with 14-42 X


Panasonic Lumix DMC GX1 with 14-42 X 
Resolusi   : 16 MP
Optical     : 4 x
Battery     : Lithium-Ion
LCD        : 3 "


Desain
Jika Anda mengikuti atau malah memiliki kamera MFT (Micro Four Thirds) seri GF dari Panasonic sebelumnya , seperti GF1, GF2 atau GF3, maka GX1 boleh dibilang lebih mendekati GF1 dari segi desain.
Lumix GF3 dirancang sebagai kamera MFT yang mungil dan praktis dimasukkan ke tas tangan, tapi GX1 sedikit berbeda. Faktor ergonomis amat ditonjolkan di sini dan peningkatan yang diberikan juga cukup banyak. Imbasnya, ukuran GX1 lebih besar dibandingkan GF3 tapi pegangannya pun lebih nyaman. Kualitas rancang bangun juga amat baik, bahkan yang terbaik untuk kamera seukurannya.

Perbandingan Ukuran Sensor di Kamera Mirrorless


Kini, hampir semua produsen kamera sudah melahirkan jagoan di lini mirrorless. Berbagai keunggulan didapat dari kamera ini, salah satunya adalah sensor yang lebih besar dibandingkan kamera compact pada umumnya.

Namun bagaimana jika ukuran sensor yang dimiliki sesama kamera mirrorless dibandingkan? Digital Camera memberikan grafik yang mungkin bisa membantu calon konsumen yang ingin memilih kamera kategori ini. Berikut adalah perbandingan besar sensor pada kamera mirroless :

Memanfaatkan Fitur Manual Pada Kamera

Bisa jadi semenjak pertama seseorang membeli kamera digital, mode yang senantiasa dipakainya untuk memotret adalah mode AUTO. Alasan pertama karena mode ini memang menjadi mode yang paling mudah dipakai dan relatif bisa diandalkan pada berbagai macam situasi tanpa takut hasil fotonya akan mengecewakan. Alasan kedua mungkin karena kebetulan pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO saja, sehingga ‘terpaksa’ tidak bisa berkreasi lebih jauh dengan mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-and-shoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur manual layaknya kamera prosumer. Namun bagi anda yang memiliki kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap memakai mode AUTO setiap saat?
 
Artikel ini akan mengajak anda untuk mengoptimalkan fitur-fitur manual yang ada pada kamera digital anda. Sebagai langkah awal, pertama tentunya adalah kenali dulu fitur manual apa saja yang tersedia di kamera anda, mengingat tiap kamera memiliki spesifikasi yang berbeda. Coba kenali dan periksa kembali spesifikasi kamera anda, akan lebih baik bila semua fitur manual di bawah ini tersedia pada kamera anda :

Shutter speed

Shutter speed adalah pengaturan pada kamera yang mengontrol lamanya waktu shutter terbuka, sehingga memungkinkan cahaya masuk melalui lensa ke sensor di dalam kamera. Shutter speed diukur dalam detik – atau dalam fraksi yang sangat kecil dari satu detik. Semakin besar penyebut, maka shutter speed mempunyai kecepatan yang lebih cepat (1/1000 jauh lebih cepat dari 1/30).

Pada kondisi yang sangat cerah ketika ada banyak cahaya, jika shutter terbuka terlalu lama kemudian maka akan terlalu banyak cahaya yang sampai ke sensor. Ketika ini terjadi, gambar yang dihasilkan sangat pucat atau hampir semuanya putih. Ini dikenal sebagai Over Exposed.

Ilustrasi besarnya shutter speed dan jumlah cahaya yang masuk

Aperture / Diafragma

APA ITU APERTURE?

Secara ringkas dan mudah, APERTURE adalah besar bukaan lensa kamera ketika gambar diambil. Secara tekniknya , jika kita lihat dalam proses mengambil gambar, coba anda perhatikan ketika anda menekan shutter saat mengambil gambar pada kamera anda. Apabila punat tersebut ditekan, ia akan mengeluarkan satu bunyi kecil seperti “cekrik” dan itulah sebenarnya saat ketika cermin pantul diangkat/dijatuhkan serta aperture terbuka/tertutup.

macam-macam bukaan/aperture/diafragma
Semakin lebar bukaan yang dibentuk oleh diafragma berarti semakin banyak cahaya yang bisa masuk dalam satu satuan waktu. Satuan waktu ini berhubungan dengan kecepatan kamera (shutter speed) yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Oleh sebab itu lensa yang mempunyai kemampuan bukaan diafragma yang besar sering dikategorikan sebagai lensa cepat. Sebaliknya semakin kecil bukaan lensa berarti semakin sedikit cahaya yang bisa masuk per satu satuan waktu.

Pada ukuran baku di atas setiap pergantian angka ke angka di depannya, sebagi contoh dari f/22 ke f/16, berarti ada penambahan cahaya yang masuk sebesar 1 stop atau cahaya yang masuk menjadi 2 kali dari jumlah cahaya awal. Sebaliknya pada pergantian angka dibelakangnya seperti dari f/4.0 ke f/5.6 berarti ada pengurangan cahaya yang masuk sebesar 1 stop atau cahaya yang masuk menjadi ½ dari jumlah cahaya awal.

Jadi apabila dalam keadaan gelap sebaiknya menggunakan lensa yang mempunyai bukaan lebar agar cahaya yang di ambil bisa lebih banyak untuk penggunaan bukaan lebar juga bisa menghasilkan gambar bokeh(fokus pada satu objek , belakangnya blur).

ISO dalam Fotografi

Dalam fotografi tradisional (film) ISO (atau ASA) adalah indikasi seberapa sensitif film terhadap cahaya. Ini diukur dalam angka (100, 200, 400, 800, dst). Semakin rendah angkanya, maka semakin rendah pula sensitivitas film dan gambar yang didapat semakin halus. Pada fotografi digital, ISO mengukur sensitivitas dari sensor.

Ilustrasi Grafik
Dengan menggunakan grafis sederhana dengan gaya papan tulis, Dylan menunjukan bahwa sensor pada dasarnya adalah sebuah kotak sensor mikroskopi yang kita kenal sebagai pixel (piksel). Mengambil contoh piksel tunggal, ia menjelaskan dalam grafik batang bagaimana cahaya dibaca oleh sensor, dengan memecahnya ke dalam warna primer merah, hijau dan biru. Rasio antara ketiga warna merupakan warna pixel akhir yang akan muncul pada gambar.

Grafik paling atas, merupakan jumlah maksimum cahaya sensor yang dapat menerima cahaya 100%. Dengan grafik baru, Dylan menunjukkan kepada kita bahwa ketika sensor menerima jumlah cahaya yang lebih rendah, persentase Merah Hijau dan Biru, dibandingkan dengan grafik sebelumnya, jauh lebih rendah sehingga menghasilkan gambar redup. Untuk mencerahkan gambar, kamera menurunkan tingkat 100% menjadi lebih dekat pada bagian atas nilai RGB.